Nggak Kalah dengan Pegawai, Hasil Usaha Modal Minimalis Ini Bisa Bikin Hepi

usaha pembenihan ikan lele modal minimalis
Kolam pembenihan ikan lele milik Sifu Wahid

Saung BangO – Bingung cari usaha untuk menafkahi keluarga? Atau masih bingung menyiapkan modal buat nikah? Nah, kisah Sobat BangO yang satu ini bisa dijadikan inspirasi. Dengan modal minimalis, usaha yang dijalankan ternyata bisa menghasilkan pendapatan yang maksimalis. Mau tau kisahnya? Yuk, simak sampai habis.  

“Saya mulai menekuni usaha lele ini belum ada 1 tahun, tepatnya tanggal 16 Safar 1444 H. Alasan menekuni pembenihan lele ini, karena untuk masa sekarang yang dibutuhkan Indonesia terutama  ketahanan pangan,” ujar Pak Andik, yang biasa BangO panggil dengan Sifu Wahid.

Sifu Wahid (nomor dua dari kiri) saat foto bersama Prof. Dr. Ir. M. Sasmitojati
Kenapa BangO panggil Sifu? Karena, di samping seorang pendekar dari salah satu perguruan silat, beliau juga seorang pengobat herbal tradisional. Kehebatannya meracik herbal juga ditunjukkan dengan produk herbal racikannya yang diberi merek “Jawara Jawa”. Mengingatkan BangO pada sosok Wong Fei Hung, yang dipanggil murid-muridnya “Sifu”, yang berarti guru. Pendekar, juga ahli herbal.

Oke, kembali ke PC!

Menurut Sifu Wahid, mulai dari benihnya sampai hasil budidaya konsumsinya, lele seperti kebutuhan pokok bagi masyarakat. Terlebih setelah ia terinspirasi oleh seorang temannya yang sudah mengawali usaha yang sama satu tahun lebih awal. Temannya pernah berhasil memijahkan sepasang indukan lele dan menghasilkan benih sampai 140 ribu ekor.

“Saya menjadi tertarik dan tertantang. Usaha ini bisa berhasil karena sudah ada yang berhasil. Dan apabila saya menekuninya dan lebih jeli lagi, insya Allah, keberhasilan itu bisa dipastikan. Tetap, Laa hawla wa quwwata illa bilLah. Jadi tawakal pada Allah karena kekuatan hanya milik Allah,” ungkap Sifu.

Menurutnya, keuntungan langsung menggeluti usaha pembenihan lele ini terkait dengan manajemen waktu. “Saya full merdeka. Apalagi kolam saya di belakang rumah. Jadi, dekat dengan tempat kerja. Pulang sewaktu-waktu karena sudah di rumah terus. Kalau pun berlama-lama di kolam tidak menganggu waktu saya,” aku pria yang berdomisili di Sumbergempol, Tulungagung, ini.

Modal minimal dengan bermitra

Alhamdulillah, saya memulai usaha ini tanpa modal (dari luar).  Modal saya dari menjual kambing untuk membeli sanyo dan membuat sumur di belakang rumah untuk kebutuhan air kolam. Kolamnya dibuatkan kelompok. Waktu penjualan-penjualan dipotongkan sehingga lunas biaya pembuatan kolam. Insya Allah tanpa riba,” jelas Sifu Wahid.

Saat memulai usaha pembenihan lelenya, modal minimal yang ia butuhkan untuk membeli pompa air sebesar Rp750.000,00. Untuk mengebor sumurnya, Sifu mengeluarkan biaya Rp700.000,00. Total biaya awal yang dikeluarkan sekira Rp2.500.000,00 untuk pembelian pompa air, pembuatan sumur, serta biaya pengadaan paralon untuk instalasi air.

Untuk skala usaha yang ekonomis, usaha pembenihan lele awal membutuhkan minimal 3 kolam sederhana. Kolam yang sederhana, dindingnya terbuat dari asbes, yang bagian dalamnya dilapisi biomembran. Secara umum, biaya pengadaan 3 kolam sederhana ukuran 2 m x 6 m menghabiskan dana Rp5.000.000,00. Adapun kolam dibuatkan oleh kelompok. Begitu pula dengan pakan tahap awal dan obat-obatan, juga disediakan oleh kelompok.

Menurut Sifu, kunci sukses pertama yang harus dipegang terlebih dulu pada usaha pembenihan lele adalah pasar. Pembudidaya perlu memahami jenis lele yang diinginkan pasar. Setelah pasar ditemukan, pembudidaya menyediakan kebutuhan pasar sambil merintis pembenihan lele sendiri dan kelompok.

“Sementara ini, pasar sudah dipegang oleh ketua kelompok, yang mencari dan menembus banyak pasar. Sementara benih lele disediakan oleh anggota kelompok,” ujar Sifu Wahid.

Kemitraan usaha dirintis ketua kelompok, bermitra dengan pabrik pakan. "Cuma, kita tidak mengambil pakan dari sana, kita mengambil indukan dari pabrik pakan tersebut. Konsekuensinya, anakan atau nener lele tersebut sebagian besar diambil pabrik, bahkan pabrik mengambil semuanya," jelas Sifu.

Setiap Jumat malam, kelompok ikan ini mengadakan pertemuan. Pertemuan itu membahas tentang pasar dan keadaan lele di setiap kolam anggota. Biasanya, pada saat itu diputuskan pula waktu grading dan waktu panen.

Untuk pasar, kelompok memiliki kebijakan, yaitu anggota boleh menjual benih di luar kelompok dalam jumlah tertentu. “Kalau ada tetangga yang butuh, sebelumnya bisa menyampaikan ke kelompok bahwa ada orang yang membutuhkan, tetangga dekat atau teman dekat. Itu bisa,” tandas pria separuh baya ini.

Suka dan duka dalam usaha

Untuk memenuhi kebutuhan benih di 3 kolamnya, Sifu Wahid menyiapkan 24 ekor indukan. Tidak semua indukan digunakan dalam satu siklus, tetapi untuk rotasi siklus produksi.

“Setiap kali menjodohkan butuh 3 ekor pejantan dan 3 ekor betina, jadi total ada 6 ekor indukan. Sementara cadangannya 3 pasang. Butuh sekira 3 kali perjodohan. Untuk perjodohan ke-4 baru kembali ke pasangan induk semula. Jadi, kalau saya ada 3 kolam, ada 6 ekor dikali 4 perjodohan, ada 24 indukan,” terang Sifu.

Dari ketiga kolam pembenihan miliknya, dihasilkan 100 ribu benih ikan. Harga benih sesuai ukuran. Dalam dunia pembenihan ikan dikenal istilah ukur. Ukur 1 adalah benih memiliki panjang 1 cm. Ukur 2 berarti panjang benih 2 cm. Begitu seterusnya.

Jika diambil oleh kelompok, harga rata-rata benih lele ukur 1 Rp20,00/ekor; ukur 2 Rp40,00/ekor;  ukur 3 Rp60,00/ekor;  ukur 4 Rp80,00/ekor. Jika diambil petani langsung, ada selisih harga sebesar Rp10,00. Misal, ukur 3 jika diambil kelompok Rp60,00/ekor dan jika diambil konsumen menjadi Rp70,00/ekor.

Dalam waktu 10 bulan budidaya, Sifu Wahid sudah melakukan panen sebanyak 10 kali. Rata-rata, panen sudah bisa dilakukan umur 17—28 hari, tergantung ukuran ikan. Jika dalam 1 bulan menghasilkan 100 ribu ekor benih ikan lele ukur 5, dengan harga Rp100,00/ekor; pendapatan kotor Sifu Wahid dari ketiga kolam benihnya mencapai Rp10.000.000,00 per bulan!

Bukan tanpa aral, kisah duka juga pernah dialami pembenih lele dari Sumbergempol, Tulungagung, ini. “Kisah duka, pernah. Tiga kali karena belum tahu ilmunya,” tutur Sifu.

Pertama, lele berumur 3 hari tiba-tiba mati semua dan belum ditahui penyebabnya. Akhirnya, kolam dikuras dan dilakukan perjodohan lagi. Kedua, kejadian serupa terulang lagi. Pada hari ke-4 setelah makan pertama, benih lele juga mati hingga tersisa tidak sampai 5.000 ekor. Namun, pemeliharaan dilanjutkan dan pada umur 14 hari sisa lele sudah ukur 3.

Kasus ketiga, ketika lele sudah menginjak ukur 2. Diduga, akibat penggantian ransum pakan yang drastis. Setelah habis, pakan diganti merek dengan program pakan yang sama dengan sebelumnya. Ternyata, pakan banyak tersisa. Sifu mengira pakan habis dimakan benih, padahal tenggelam ke dasar kolam. Hasilnya, kualitas air menjadi rusak dan meracuni ikan. Untungnya, masih ada 53.000 ekor benih yang berhasil diselamatkan dan dipanen.

Alhamdulillah... Jika ditekuni dan dicermati sampai dapat ilmunya, insya Allah, hasilnya akan menggembirakan. Jika diartikan materi, seandainya kita memiliki 6 kolam, hasilnya bisa melebihi pendapatan pegawai biasa,” tutur Sifu sambil tersenyum.

Tebar salam dan ilmu ruh

Setiap orang tentu memiliki prinsip filosofi masing-masing dalam bekerja atau berusaha. Hal itu tak lepas dari keyakinan iman, kapasitas ilmu, dan pengalaman di sepanjang waktu yang telah dilalui. Suka dan duka yang telah dilalui akan membentuk sebuah karakter. Begitu pula dengan Sifu Wahid.

“Ada hal yang ingin saya bagikan. Diniatkan, setiap usaha itu adalah ibadah. Nah, waktu usaha pembenihan lele ini, saya niatkan ibadah, yaitu ‘tebar salam’. Maksudnya, Assalamualaikum warahmatullaahi wabarakatuh,” ungkap Sifu Wahid.

Lebih lanjut, ia menjelaskan. Assalamualaikum, yang maksudnya, apa yang ada di hadapan kita perlu diselamatkan. Misalnya, di hadapan Sobat BangO ada kolam ikan. Upaya apa yang bisa Sobat upayakan agar ikan yang dibudidayakan dalam kolam tersebut selamat. Nah, apa yang diupayakan?

Warahmatullaahi. Kita tahu, Allah memberikan rahmat-Nya. Apa rahmat Allah yang paling menyelamatkan ikan yang ada di depan kita. Apa airnya? Apa pakan? Apa perhatiannya? Atau yang lain? Dan wabarakatuh. Kita berharap kepada Allah adanya keberkahan, yaitu bertambahnya kebaikan. Bertambah kolam kita, bertambah rezeki kita, bertambah kebaikan,” jelas Sifu Wahid.

Tentu saja, dalam menjalani sebuah usaha, kita akan mengalami beragam ujian. Misalnya benih ikan mati, ditipu mitra, dan sebagainya. Salah satunya adalah menggunakan uang usaha untuk kebutuhan konsumtif. Lantas, apa yang seharusnya dilakukan dalam mengelola keuangannya?

Tentang hal ini, Sifu Wahid punya resep tersendiri. “Dalam berusaha, kita menggunakan ilmu ‘ruh’. Maksudnya, tatkala janin diberikan ruh oleh Allah saat berumur 120 hari. Kita pun menekuni usaha sampai 120 hari. Jika kita mendapatkan hasil, hasil itu untuk menutupi biaya-biaya kita. Hasil itu tidak dinikmati dulu sampai 120 hari. Insya Allah, ruh ilmu kita dapatkan, ruh pantang menyerah kita dapatkan, ruh kesabaran juga kita dapatkan. Insya Allah, apabila 4 bulan itu kita betul-betul fokus, kita bisa mendapatkan ilmu untuk usaha yang kita tekuni itu.” pungkasnya.

Oke, semoga selalu sukses dengan usaha pembenihan lele dan usaha herbalnya, ya Sifu. Nah, buat Sobat BangO yang lain, bagaimana? Berminat belajar terjun ke usaha pembenihan lele juga? Atau mau beli benih lele langsung dari Sifu Wahid? Langsung hubungi beliau, ya. 

Bagi Sobat yang membutuhkan nomor kontak beliau bisa menghubungi BangO lewat Form Kontak BangO di sidebar kanan atas. (BangO) 

Komentar