Tuhan Itu Tidak Ada, Ternyata...

Foto ilustrasi: Pangkas Rambut (Bristol Live)

Memetik hikmah keimanan dari tukang pangkas rambut dan pengamen berambut gondrong

Saung BangO - Suatu saat, lewatlah sebuah video singkat di beranda Facebook saya. Menarik, karena ditambahi caption oleh si pembuat status, yang bertuliskan “jawaban untuk seorang atheis yang tidak mengakui adanya Tuhan”.  Durasi video tersebut tidak terlalu lama, hanya sekitar 2 menitan saja. Namun, isi pesannya sangat mengena.

Berlatar percakapan di sebuah salon pangkas rambut,  antara seorang tukang cukur dengan pelanggannya yang bernama Tuan Luis. Ketika itu, rambut Tuan Luis baru selesai dicukur.

Video diawali perkataan si tukang cukur, “Kau tahu, tidak?”

“Apa itu?”

“Saya tidak percaya jika Tuhan itu ada!”

Sejenak Tuan Luis tampak terhenyak. Ia pun bertanya, “Kenapa kau berkata begitu, kawanku?”

 “Mudah saja. Saat kita keluar, kita tahu bahwa Tuhan tidak ada. Dan jika Tuhan memang ada, katakan padaku, mengapa begitu banyak orang tersakiti? Begitu banyak anak terlantar dan orang-orang sakit?” jawab tukang pangkas rambut.

Sambil tersenyum penuh percaya diri, si tukang pangkas rambut itu pun melanjutkan, “Tuhan tidak ada, Kawanku. Karena jika Dia ada, tidak ada penderitaan. Tidak akan ada kesusahan di bumi. Saya tidak bisa mengerti, bagaimana bisa kalau ada Tuhan, Dia biarkan semua ini terjadi?”

Tuan Luis terlihat ingin menjawab segala pertanyaan tukang pangkas rambut itu. Namun,  ia mengurungkan niatnya dan memilih untuk tidak menjawabnya. Sambil tersenyum ia berkata, “Baiklah, sampai ketemu lagi.”

“Nikmati harimu, Tuan Luis,” ujar tukang pangkas rambut. Sambil menatap kepergian Tuan Luis, ia tersenyum penuh kemenangan.

Saat keluar dan menutup pintu salon, wajah Tuan Luis terlihat berpikir keras. Ia menghela napas. Tatapannya menerawang, memandang lurus ke depan. Tak diduga, ia melihat seorang pengamen muda berambut gondrong di samping kirinya, bersandar di dinding salon sambil memukul-mukul kendangnya. Melihatnya pengamen itu, wajah tuan Luis sedikit demi sedikit terlihat berubah. Tampaknya ia menemukan sebuah ide dan tersungging senyum di bibirnya.

Segera Tuan Luis menggandeng pengamen muda itu masuk ke dalam salon. Apakah Tuan Luis menawarkan pangkas rambut gratis kepada pengamen itu?

Ternyata, tidak.

“Apa kau tahu, tidak ada tukang pangkas rambut,” ujar Tuan Luis pada si tukang pangkas rambut.

Sambil tersenyum remeh, tukang pangkas rambut itu pun menjawab,” Apa? Dan saya ini, kamu panggil apa?”

“Tukang pangkas rambut tidak ada. Karena jika mereka ada,  tidak akan ada rambut panjang seperti dia,” lanjut Tuan Luis sambil menunjuk ke arah pengamen gondrong itu.

“Tukang pangkas rambut itu ada. Masalahnya, dia tidak datang padaku!” sanggah si tukang pangkas rambut.

“Tepat! Itulah maksudnya!” seru Tuan Luis. “Tuhan itu ada. Masalahnya, mereka tidak mau datang menemui-Nya. Itulah sebabnya, Kawanku, begitu banyak penderitaan dan kesusahan di dunia ini.”

Mendengar ucapan Tuan Luis, wajah  tukang pangkas rambut yang masih terlihat merenung itu pun mengangguk-angguk. Terjawab sudah kegundahan hatinya.

Sobat Saung BangO, seringkali kita terlalu cepat membuat kesimpulan tanpa berpikir panjang dan mendalam. Terlebih di saat berada dalam situasi sulit yang membuat hati galau dan gundah gulana. Merasa berjuang susah sendiri menjalani sulitnya hidup, akhirnya menganggap Tuhan tidak ada.

Padahal, Tuhan itu ada. Kita saja yang tidak berusaha untuk mencari, mendekati, mengakrabi, dan mencintai-Nya. Padahal, Allah sudah berjanji, bahwa jika Ia telah mencintai seorang hamba, Ia pasti akan mengabulkan permintaan dan menolong hambanya. Seperti terlihat pada Ayat Al Quran dan Hadits Qudsi berikut ini.

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُواْ وَاتَّقَواْ لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَاتٍ مِّنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ وَلَـكِن كَذَّبُواْ فَأَخَذْنَاهُم بِمَا كَانُواْ يَكْسِبُونَ

“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri tersebut beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (Qs. Al-A’raf: 96)


عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ : «إِنَّ اللهَ تَعَالَى قَالَ: مَنْ عَادَى لِي وَلِيّاً فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالحَرْبِ. وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِيْ بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ. وَمَا يَزَالُ عَبْدِيْ يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ، فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ، وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ، وَيَدَهُ الَّتِي يَبْطِشُ بِهَا، وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِي بِهَا. وَلَئِنْ سَأَلَنِي لَأُعْطِيَنَّهُ، وَلَئِنْ اسْتَعَاذَنِي لَأُعِيْذَنَّهُ» رَوَاهُ البُخَارِيُّ.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘slaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah Ta’ala berfirman, ‘Barangsiapa yang menyakiti waliku, maka Aku mengumumkan perang kepadanya. Tidaklah hamba-Ku mendekat kepada-Ku dengan sesuatu yang paling Aku cintai selain apa yang Aku wajibkan baginya. Hamba-Ku senantiasa mendekat diri kepada-Ku dengan amalan sunnah sehingga Aku mencintainya. Apabila aku telah mencintainya, Aku menjadi pendengarannya yang ia gunakan untuk mendengar, penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat, tangannya yang ia gunakan untuk berbuat, dan kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Jika dia meminta kepadaku, pasti aku beri. Jika dia meminta perlindungan kepada-Ku pasti aku lindungi’.” (HR. Bukhari, no. 6502)

Nah, pegel boleh. Tapi, jangan terlalu cepat membuat kesimpulan. Tarik napas dalam-dalam...hembuskan... Lalu, ajak pikiran menghayati semua peristiwa yang terjadi. Jangan-jangan, semua penderitaan, kegalauan, kekacauan itu terjadi bukan karena Allah tak ada, tetapi karena ulah perbuatan kita sendiri. Yuk, ah, Introspeksi diri. Salam! (BangO)

Komentar